Popular Post

Popular Posts

Recent post

Archive for 2014

Hiro Mashima Menggambar Natsu



Costplay

    


   Dalam menonton sebuah anime kita dapat terhibur, namun apakah kita pernah berpikir bagaimana sebuah mahakarya anime dapat tercipta? Proses pembuatan sebuah anime akan dijelaskan di bawah, sebelum itu sebaiknya kita ketahui terlebih dahulu pengetahuan / persiapan yang diperlukan dalam membuat sebuah anime.
   Sebelum Masuk Tahap Pembuatan, Para animator sebelumnya harus menyesuaikan cerita dengan style mereka masing masing, style disini adalah gaya menggambar atau jenis anime yang dihasilkan dari cara kerja para animator tersebut, di dalam dunia Anime ada banyak jenis dan macam Genre Anime, diantaranya :
Secara struktur, semua Anime TV seri rata rata berurut dengan pola sebagai berikut :

GENRE
– Shounen (Ceritanya lebih ditujukan untuk Cowok, contoh Slam Dunk)
– Shoujo (Ceritanya lebih ditujukan untuk Cewek, contohnya cerita tentang Mahou Shoujo gitu, walaupun sebenarnya)
– Mecha (Yang berhubungan sama Robot-robotan dah ini, contohnya Gundam)
– Slice Of Life (Tentang kehidupan sehari-hari)
– Hentai / Ecchi  (Yaoi, Yuri, Shota¸dan Lolicon) 20+


STRUKTUR
– Opening Song
– Bagian pertama sebuah episode
– Eyecatch
– Bagian kedua episode
– Ending Song & Kredit
– Preview Episode Selanjutnya dan bagian tambahan (Kalau ada)


   Anime Jepang adalah satu jenis film yang unik. Keunikannya ada dalam cerita anime itu sendiri dan bagaimana anime dibuat. Artikel ini akan membahas secara singkat bagaimana anime dibuat dan hal-hal yang menyertainya. Saya melihat anime telah berkembang begitu pesat dalam hal kualitas gambar, penggunaan warna, teknologi dalam cerita dan kemulusan gambar. Walaupun begitu konsep pembuatannya tidaklah jauh berbeda dari tahun ke tahun.
   Anime sangatlah unik jika dibandingkan dengan film animasi atau film kartun dari Amerika seperti Batm*n dan Superm*n, D*ra dari Spanyol atau animasi lainnya dari berbagai negara. Perbedaannya bisa dilihat di beberapa hal di bawah :
1. Artwork
   Seni gaya mulai dari yang kompleks dan rumit (Accel World, Sword Art Online) sampai dengan yang sederhana dan lugas (Azumanga Daioh!). Bahkan anime yang sederhana bisa secara visual mencolok. Pembuat anime selalu menemukan cara untuk membuat segalanya terlihat segar dan baru.
2. Pengisahan cerita
   Banyak anime yang mengisahkan cerita epik yang berlangsung selama ratusan episode. Anime terbaik sepanjang apapun itu selalu menuntut adanya keterlibatan emosional yang besar dari pemirsa.
3. Kategori
   Siapapun dengan latar belakang apapun akan menemukan satu atau lebih judul anime yang cocok dengan dirinya. Anime tersedia dari cerita bertema bela diri sampai dengan romansa. Contoh anime seni bela diri: Rerouni Kenshin (Samurai-X), Naruto Shippuuden, Bleach, Dll, Romansa: Saiunkoku Monogatari, Kimi ni Todoke dll. Supernatural: Ghost in the Shell, Hikaru no Go, Vampire Knight dll. Dan masih banyak lagi kategori-kategori yang tentunya menarik untuk ditonton.
4. Nuansa Budaya 
   Anime Jepang sangat dipengaruhi oleh budaya Jepang dalam hal sejarah, bahasa dan cara pandang karakter-karakter di dalamnya. Banyak anime yang ceritanya bersumber pada sejarah Jepang (contoh: Sengoku Basara) atau mitologi Jepang (contoh: Hakkenden dan Hell Girl). Karakter non-Jepang biasanya berbicara dengan bahasa Jepang dan bertingkah laku seperti orang Jepang pula.
5. Figurarts
   Banyak anime akan disertai dengan penjualan mainan model (figurart) yang lengkap dan dengan detil yang tinggi. Ini lah salah satu alasan yang membuat loyalitas fans anime begitu tinggi.
   Anime dibuat berdasarkan budaya Jepang dimana beberapa hal mungkin tampak tidak etis atau tabu di beberapa negara. Sebagai contohnya, menampilkan *sensor* bukanlah hal yang terlalu dipermasalahkan di Jepang. Hal ini membuat anime Jepang perlu disimpan di rating lebih tinggi dibandingkan rating yang diberikan di Jepang. Tentunya perlu melewati badan sensor film independen untuk menentukan rating paling tepat untuk masing-masing negara.
  Banyak anime disponsori perusahaan besar. Dana sebagian besar dipakai untuk promosi dan pemesanan jam tayang di stasiun TV besar seperti FujiTV dan TBS. Seringkali perusahaan anime justru kekurangan dana. Hal ini dikompensasi dengan penjualan DVD dan penjualan boneka atau model figur.
   Besarnya biaya promosi dan tayang di televisi mempunyai implikasi terhadap harga DVD yang tinggi. Perusahaan anime mencari jalan untuk menurunkan harga DVD mereka, salah satunya caranya yaitu dengan menayangkan anime via streaming di internet, contohnya diCrunchyroll.com. Sebagai gambaran, biaya pembuatan 1 episode anime berkisar antara 2 juta yen sampai dengan 30 juta yen atau antara 18 ribu dollar Amerika sampai dengan 276 ribu dollar Amerika.
   Bagaimanakah proses yang dilakukan dari 0 hingga jadi sebuah anime yang dapat kita tonton? Layaknya seperti pembuatan sebuah film, anime juga mempunya proses yang sama seperti pembuatan sebuah film, berikut adalah prosesnya :

1. Planning
Proses produksi mencakup:
Pra-produksi: tahap ini mencakup persiapan staf, menyediakan sponsor, merancang iklan dan mempersiapkan dananya, merancang merchandise, membuat desain dan cerita awal (設定 Settei = Pekerjaan Awal atau Desain).


Produksi: Proses produksi akan melalui beberapa tahap yaitu imageboarding (イメージボード = Imeeji Boodo), storyboarding (絵コンテ Ekonte), layout (レイアウト = Reiauto), key animation (原画 = Genga), second key-animation (第二原画 = Daini Genga), animation directing (作画監督 = Sakuga Kantoku), In-between animation and framing (動画 = Doga), painting, special effects and compositing (Filming).
Pos-produksi : Ini adalah proses terakhir. Proses yang paling umum di tahap ini adalah pengisian suara untuk karakter, memasukkan musik serta menyelesaikan edit terakhir. 演出 = Enshutsu (Pengarah episode untuk serial TV atau pengarah teknis untuk film) dan監督 = Kantoku (Pengarah) yang mempunyai peran sangat penting disini.
2. Scenario
Setelah perencanaan matang dan disetujui semua pihak terutama (jika cerita tersebut berupa adaptasi) dari pihak pengarang cerita asli, maka mulai proses pembuatan dan pengembangan cerita. Detil tokoh yang akan berperanpun dijelaskan disini.
3. Storyboard
Skenario adalah bentuk cerita tertulis sehingga perlu divisualisasikan dalam bentuk gambar, agar tim produksi mengerti sepenuhnya detail cerita dan karakter yang akan dibuat. Disinilah peran story board diperlukan .


Dalam story boar ini dijelaskan bagaimana karakter tersebut bergerak dalam setiap adegan. Lalu diperhitungkan pula sudut penempatan kamera , cahaya, bayangan, dan manajemen waktu. Story board harus selesai sepenuhnya, karena menjadi dasar dalam rapat antara bagian produksi dan bagian gambar.
Contoh storyboard “Untuk Aru Kagaku no Railgun”. Storyboard ini memiliki 5 kolom yaitu nomor, tata letak, aksi, dialog, dan waktu berjalan (waktu dan frame). Tata letak (layout) digambar secara kasar saja karena akan ditangani oleh seniman lain pada langkah berikutnya.
4. Menggambar
Tahap ini biasanya terbagi menjadi tiga bagian yaitu pembuatan lay out, gambar-gambar kunci dan animasi in-between.


Dalam proses lay out , orang yang bertanggung jawab membuatnya akan banyak memikirkan bagaimana alur gerakan karakter dalam setiap adeganatau detail latar dan masih banyak hal yang lain terkait proses perfilman .
Setelah itu , mulai dibuat gambar-gambar kunci. Orang yang bertanggung jawab dalam tahap ini harus menentukan pada titik-titik mana saja pergerakan karakterterjadi. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan gambar in-between yang mengisi gambar kunci tersebut. Hasilnya, gambar itu sepenuhnya bergerak.


5. Mewarnai
Dulu proses pewarnaan menggunakan cat dan kuas di atas sel-sel yang disiapkan. Tapi sekarang, karena gambar di scan dalam computer , pewarnaan bisa dilakukan dengan cara digital. Pewarnaan ini penting untuk memberikan nuansa dan efek pada animasi tersebut.
6. Filmisasi
Tahap ini menyatukan dan merekam seluruh gambar yang sudah disiapkan. Pada proses ini gambar-gambar itu bergerak dan ditambahkan visual efek jika diperlukan. Dulu, animasi tercipta dari hasil memotret franme satu ke frame yang lain. Tapi sekarang sudah menggunakan computer.


7. Dubbing
Tahap selanjutnya setelah animasi itu menjadi film utuh adalah pengisian suara . Pengisian suara untuk setiap karakternya mulai dimasukkan. Begitu juga efek suara yang lain.

Nah Begitulah Akhirnya Anime Sampai Pada Kita Semua, Bukan Hal yang mudah bukan, dan mulai sekarang marilah kita menghargai dan mengapresiasikan hasil karya para animator yang telah membuat sebuah karya yang tidak mudah seperti kita bayangkan, dan janganlah hanya menonton saja tanpa tau jerih payah orang yang membuatnya, dengan begitu kita akan tau makna dan kita akan sadar bahwa Anime itu bukanlah hanya tontonan anak-anak saja yang tidak ada gunanya, tapi Anime adalah sebuah seni dan banyak pembelajaran didalamnya yang dapat kita peroleh.
Lalu berapa biaya produksi anime per episode?
Dari hasil browsing beberapa sumber, biaya produksi anime adalah sekitar ¥11 juta/episode setara dengan Rp 1,32 Milyar/episode (¥1 = Rp 120, kurs per 03/06/2012)
Dan untuk 1 season yang rata2 berjumlah 12 episode menghabiskan biaya Rp 15,84 Milyar.


Biaya produksi tersebut terdiri dari :
– Original Work ¥50,000 ($660) – Rp 6 juta
– Script ¥200,000 ($2,640) – Rp 24 juta
– Direction ¥500,000 ($6,600) – Rp 60 juta
– Production ¥2,000,000 ($26,402) – Rp 240 juta
– Animation Supervision ¥250,000 ($3,300) – Rp 30 juta
– Original Art ¥1,500,000 ($19,801) – Rp 180 juta
– Animation ¥1,100,000 ($14,521) – Rp 132 juta
– Post Production ¥1,200,000 ($15,841) – Rp 144 juta
– Art (backgrounds) ¥1,200,000 ($15,841) – Rp 144 juta
– Photography ¥700,000 ($9,240) – Rp 84 juta
– Sound ¥1,200,000 ($15,841) – Rp 144 juta
– Materials $400,000 ($5,280) – Rp 48 juta
– Editing $200,000 ($2,640) – Rp 24 juta
– Printing $500,000 ($6,600) – Rp 60 juta
Satu episode anime rata-rata berdurasi 25 menit atau sekitar 37,500 frame, jika biaya produksi anime rata-rata Rp 1,3 milyar/episode, maka biaya produksi anime per menit adalah Rp 52,8 juta/menit atau Rp 35,200/frame.


Berikut daftar biaya produksi anime per episode.
1962 – Astroboy: Rp 252 juta/eps
1982 – Macross: Rp 660 juta/eps
1995 – Evangelion: Rp 750 juta/eps
2000 – ZOIDS: Rp 1,09 milyar/eps
2002 – Gundam SEED: Rp 3 milyar/eps
2004 – Gundam SEED Destiny: Rp 3,96 milyar/eps
2007 – Gurenn Lagann: Rp 1,3 milyar/eps


Perbandingan biaya dengan produksi animasi barat:
1987 – Ducktales: Rp 5,2 milyar/eps
1999 – Spongebob Squarepants: Rp 6,7 milyar/eps
1999 – Futurama: Rp 12 milyar/eps
2005 – Avatar: The last airbender: Rp 13,2 milyar/eps


Terbukti ternyata yang kita tonton selama ini bukan karya murahan kan?
Lalu darimana para pekerja studio itu mendapat uang sebegitu banyak untuk memproduksi satu episode anime hampir setiap minggunya?
Total biaya anime 2/3-nya dibiayai oleh pemerintah Jepang.


Anime adalah transfer budaya, pengetahuan, pemikiran dan banyak hal.
Bisa dibayangkan cara pandang kita terhadap negara Jepang sekiranya anime tidak pernah di ciptakan?


Nah sekarang terjawab kenapa animasi Indonesia sulit disejajarkan kualitas juga pamornya dengan produksi internasional dan alasan kenapa animator Indonesia lebih memilih berkarir di luar negri.
Kecuali jika ada investor yang berani menanam modal dengan angka diatas untuk produksi animasi di Indonesia, siapa tahu?

Proses Pembuatan Anime

  Hiro Mashima adalah seorang mangaka yang lahir di Nagano, Jepang pada tanggal 3 Mei 1977. Ia mulai terkenal lewat karyanya, Groove Adventure Rave atau yang di Amerika dikenal dengan judul Rave Master. Manga ini diterbitkan oleh Weekly Shonen Magazine, Kodansha dari tahun 1999 hingga tamat di tahun 2005. Ketenarannya semakin menjadi saat kemudian karyanya ini diadaptasi menjadi anime. Namun sayang, anime Rave Master tidak diproduksi sampai tamat.

  Di tahun 2003, ia mengumpulkan karya-karya Oneshootnya menjadi dua buah volume, yaitu Mashima-en volume 1 dan 2. Dan, salah satu dari oneshoot tersebut adalah Fairy Tail, sebuah kisah singkat yang menjadi prototipe dari karya besarnya sekarang ini, Fairy Tail.

  Di tahun 2006, akhirnya ia mulai menulis manga tersebut, Fairy Tail, manga yang sampai saat ini masih terus berlanjut. Fairy Tail diterbitkan mingguan oleh Weekly Shonen Magazine, Kodansha dan kemudian diadaptasi menjadi anime dan mulai mengudara di TV Tokyo sejak bulan Oktober 2009. Di tahun ini juga, ia menciptakan sebuah Oneshoot berjudul Monster Soul.

  Di tahun 2008, ayah dari satu putri ini sempat menjadi bintang tamu acara San Diego Comic-Con dan mengatakan kalau karya-karyanya banyak terinspirasi dari Akira Toriyama, mangaka Dragon Ball dan Hayao Miyazaki, seorang mangaka yang juga merupakan Anime Derector, Animator, Screenwriter, dan Storyboard artist.

Daftar Hasil Karya Hiro Mashima

Rave Master (1998-2005)
Plue's Dog Diaries (2002-2007)
Mashima-en volume 1 dan 2 (2003)
Volume 1 :
- Magician
- Fairy Tail
- Cocona
- Plue's Adventures Pt. II
Volume 2 :
- Bad Boys Song
- Magis Party
- Xmas Hearts
- Fighting Group Mixture
Monster Soul (2005-2007)
Fairy Tail (2006-sekarang)
Monster Hunter Orage (2008-2009)
Chameleon (2008, sebuah onehoot berdasarkan karya Atsushi Kase, dibuat untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke-50 Kodansha)
Nishikaze to Taiyou (2010)
Sangokushi Taisen (Ilustrator Kartu)
Respect Gundam (Ikut berkontribusi)

Trivia


Hiro Mashima kerap menamai nama-nama tokoh utama dalam manga buatannya dengan nama-nama musim.
Pada manga Rave Master, tokoh utamanya bernama Haru, dimana Haru dalam bahasa Jepang berarti musim Semi
Di manga fairy Tail, tokoh utamanya adalah Natsu, yang dalam bahasa Jepang berarti musim panas
Di monster Soul, nama tokoh utamanya adalah Aki yang berarti musim gugur
Dan di Monster Hunter Orage, nama tokoh utamanya adalah Shiki yang berarti empat musim


Mantan Asisten

Berikut adalah orang-orang yang pernah menjadi Asisten Hiro Mashima :
- Miki Yoshikawa (mangaka Yankee-kun dan Megane-chan)
- Shin Mikuni (mangaka Spray King)

Hiro Mashima sendiri tidak pernah menjadi astiten mangaka manapun.

Hiro Mashima

- Copyright © N'drazz Si Pecinta Anime - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -